Thursday, November 24, 2011

PENGABAIAN THD CSR





PENGABAIAN-PENGABAIAN  TERHADAP CSR (Corporate Social Responsibility)
Yeni Rosilawati , Dosen Public Relations UMY

Seringkali tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR  oleh perusahaan seringkali hanya dimaknai dangkal. Apa yang diartikan sebagai tanggung jawab sosial (CSR) adalah ketika perusahaan memberikan bantuan sosial kepada korban-korban bencana alam, memberi  bantuan-bantuan  pada panti sosial atau yang disebut dengan praktek philanthropic, kemudian diliput media dan mendapat simpati dari masyarakat.
Padahal CSR bukan praktek celebrasi semata, CSR sesungguhnya adalah tanggung jawab moral yang penuh bagi para pemangku kepentingan perusahaan seperti karyawan, konsumen , masyarakat luas.
Kita lihat salah satu definisi tentang tanggung jawab sosial. Menurut World Business Council for Sustainable Development , CSR adalah komitmen untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang mana korporasi atau perusahaan bekerja dengan para karyawan, keluarga karyawan,  local community dan masyarakat secara umum untuk bersama-sama mewujudkan kualitas kehidupan (improving the quality of life). Artinya apa? Bahwa tugas perusahaan tidak hanya mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya saja.  Namun dia harus memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan karyawan, memiliki tanggung jawab moral kepada komunitas lokal , konsumen serta pemangku kepentingan yang lain.  CSR  adalah cara dimana perusahaan berdialog dengan lingkungan dimana dia memberikan feedback yang positif kepada lingkungannya,   dimana lingkungan juga memberikan feed-backnya kepada bisnis, demikian seterusnya sehingga lingkaran dialektika ini yang sering disebut dengan mekanisme triple bottom line (People, Planet dan Profit)
 Bisnis dengan CSR sangat berbeda dengan bisnis traditional. Bisnis tradisional yang mengabaikan etika yang hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek akan semakin ditinggalkan orang dan akan meninggalkan image yang negatif (bad image) di mata public. Ada banyak sekali contoh, Enron sebagai salah satu perusahaan global yang harus kehilangan reputasi besarnya, kehilangan investor dan konsumennya karena banyak pelanggaran etika bisnis yang dilakukan. Di dalam negeri, kita mencatat Lapindo Brantas meninggalkan kenangan buruk akan para korban lumpur yang harus kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan tercerabut dari akar kulturnya    
Pengabaian-pengabaian terhadap tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh korporasi akhir-akhir ini menjadi topic yang hangat untuk dibicarakan serta direnungkan  Aksi demonstrasi anti Wall Street beberapa waktu yang lalu, dan masih dilakukan hingga kini  dilakukan karena masysrakat geram pada perilaku perilaku yang sangat tidak etis dari para eksekutif korporasi di negeri Paman Sam, yang antara lain membagi-bagikan bonus pada para eksekutifnya yang sumber dananya berasal dari suntikan dana Pemerintah AS . Di dalam negeri,  demo besar-besaran juga dilakukan oleh karyawan Freeport yang pada intinya menuntut peningkatan kesejahteraan sosial dari perusahaan .  Demo dan aksi karyawan pada karyawan Freeport bahkan mencapai puncaknya ketika hampir dari 90 persen karyawan Freeport ikut turun dan berdemo. Para konsumen operator seluar berbondong-bondong memprotes perusahaan operator karena mereka kehingan pulsanya karena praktek bisnis yang dipandang tidak fair yang dilakukan perusahaan
Menumbuhkan semangat tanggung jawab sosial dan etika manajerial menjadi tantangan tak terpisahkan dari bisnis dan korporasi modern, dan harus dimulai serta diawali sedini mungkin. Dari hal-hal yang sederhana, semisal memberikan upah yang layak bagi karyawan, memberikan lingkungan kerja yang sehat, bersikap jujur kepada konsumen, memberikan informasi yang benar alias tidak menyesatkan kepada calon investor dan konsumen, hingga tidak mengurangi ukuran berat timbangan atau bandul adalah bagian dari penegakan-penegakan etika bisnis yang kiranya tidak berat untuk dilakukan oleh perusahaan.  Banyak tindakan-tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh bisnis untuk bertindak secara etis dan memiliki moral yang tinggi
Adalah kewajiban manajemen untuk membuat suatu pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri. 

Tuesday, November 15, 2011

The beauty of batik with natural dye





The word batik comes from the javanese word "amba" means wide and "titik" means point. The word batik refers to the textile with the pattern produced by a specific kind of wax namely malam accordingly it restrains the entrance of dye or it called wax-resist dyeing.  The history of batik can be traced from the ancient since seventeenth century and portrayed in lontar leaves. At that time, the motifs or patterns were dominated by animal or plant patterns. Later in its improvement, the motives turned to abstract motifs that resemble clouds, reliefs of temple, wayang and another motifs. Therefore, with the joining painting motives with clothing decorative,  apparently appears the hand made as we call today
Batik became famous especially among Javanese people and their culture. The Batik they produced was a hand- made batik  and printed batik was promoted after the first world war. In 2009 October, took place in Abu Dhabi, batik was stated as an intangible cultural heritage by UNESCO. UNESCO has appraised that batik is the icon of nation’s culture and also reflecting the entire meaning and philosophy of human’s life since born to die
One of the batik centre of production is locating in Bantul region, found mainly in Karang Rejek Village. The uniqueness of these batik product was the using of natural dye. The dye were obtained from natural plants and recources around the villages. They have been using mango leaves, indigofera (a plant that can produce a blue colour ), mahoni branches, many kind of trees like joho, tingi , and tegeran.
 These kind of plants are planted around the back yard at their homes. Giri Asri was the name group of batik makers from Karang Rejek Vilage. With the 30 members and headed by Ibu Mujilah, this group was trying to enhance the prosperity among members. They existence came from the concern of batik makers whose their income weren’t sufficient  to fulfill their lives. To respond to this situation, the government of the village promote the group of batik makers to increase welfare of the members
The promotion of batik Giri Asri is still very limited. The visitors can come and visit their humble showroom which is located in Ibu Mujilah’s house. The visitors mostly informed by word of mouh marketing and also from the internet. Even Jogja’s people do not know where the Batik Giri Asri is. It indicates that the information of this place is still narrow and limited .  The government especially those who has an authority such as Dinas Pariwisata should take painstakingly attention of its promotion





Sunday, November 06, 2011

PUBLIC RELATIONS IN CYBER ERA

Tulisan ini adalah bahan diskusi PR yang dilakukan oleh PURITY (Public Relations Community ) UMY yang dilaksanakan tanggal 3 Juni 2009 di LOBBY Hukum UMY: 

Era internet menciptakan paradigma baru sekaligus tantangan baru. Tidak hanya mempengaruhi dunia marketing, branding namun juga Public Relations sebagai salah satu fungsi strategis pada organisasi dan perusahaan.
Menarik apabila kita mencermati perubahan era digital pada public relations, apabila 10-15 tahun yang lalu social media tools belum di"ketemukan", maka pada saat ini kita akan menemui media-media komunikasi horizontal baik berbasis blog, maupun social media tools seperti Facebook, Twitter dan lain sebagainya. Apabila dicermati pada media sosial ini , organisasi , korporasi memanfaatkan semaksimal mungkin untuk melakukan kegiatan komunikasi (pemasaran ) dan melakukan kegiatan PR-ing (membangun citra/image), juga lihat pada bagaimana perusahaan -perusahaan memanfaatkan website mereka untuk melakukan kegiatan pemasaran dan membangun image misalnya Garuda Food, Unilever, P&G, Shell, Pertamina, Toyota, Body Shop, Mc Donalds dan Tupperware, bahkan newletter perusahaan yg dikirimkan kepada eksternal stakeholdernya pun tidak lagi melalui imprinted melainkan dikirimkan melalui online. Kesuksesan Toyota dalam penjualan New Corolla Altis beberapa waktu yang lalu tidak lepas dari peran media baru, yaitu memanfaatkan keberadaan para blogger. Seiring dengan tumbuhnya on line communities maka perusahaan berusaha untuk memperluas target sasarannnya/pasarnya pada kelompok ini (catatan : 44 % dari populasi pengguna internet saat ini terhubung dengan dunia maya dan 70% diantara mereka menghabiskan watu lebih dari 2 jam untuk berinternet ria) . Disisi lain tingkat kepemirsaan media konvensional seperti TV, media cetak dan radio cenderung menurun. Penggunaan media online digunakan sebagai media komunikasi, termasuk dalam Public Relations. Praktik kegiatannya biasa dikenal dengan istilah e-public relations atau cyber-public relations. Yaitu seorang PR yang menggunakan media internet sebagai media publisitas. Jika media konvensional seperti TV, media cetak, radio, dll hanya dapat melakukan one to many relations. Internet dapat mengembangkan one to one communication.


Sekarang ini bahkan keluhan pelanggan /customer pada perusahaan dapat disampaikan melalui media on line ini. Komplain dapat disampaikan kapan saja , karena media online ini berkekuatan interaktif dan 24 jam secara terus menerus.Media sosial juga dilakukan untuk melakukan internal Pr-ing, beberapa perusahaan memanfaakan media sosial seperti FaceBook untuk berkomunikasi secara horizontal, mengkomunikasikan tujuan dan melakukan koordinasi. Perkembangan teknologi terutama perkembangan internet telah banyak membantu pekerjaan seorang PR. Teknologi telah mengubah bagaimana PR harus dijalankan dan menuntut kemampuan atau kompetensi seorang PR untuk memanfaatkan atau menggunakan media baru tersebut. Dengan adanya perkembangan di dunia teknologi informasi tentu saja memperluas sarana untuk melakukan komunikasi. Dalam hal ini seorang PR yang handal harus tanggap untuk memanfaatkan media-media terbaru sebagai instrument aplikasi tugasnya.

Esensi dari Online Public Relations adalah percepatan informasi. Internet telah mengubah cara banyak perusahaan dalam menangani kontak pers dan kegiatan yang berhubungan dengan media relatios. Selain itu keuntungannya yang dapat diperoleh antara lain jangkauan secara global/dunia, banyaknya informasi yang tersedia dan aktual , mengembangkan investor relations, dapat mempertinggi kontak dengan media, akses yang mudah, biaya efisien. Dengan internet, perusahaan memiliki kemampuan berkomunikasi lebih tinggi dan memiliki nilai tambah yang membedakannya dengan perusahaan lainnya. Internet membuka pintu untuk komunikasi dua arah antara perusahaan dan publiknya.
Pembangunan branding online dilakukan melalui sarana email, presskit, website, weblog, blog, milis, newsgroup, ezine, e-newsletter, direct email, iklan online, online media relations, investor relations dan alat-alat komunikasi pemasaran lain di dunia online.Di dunia maya, konsumen bisa mengekspresikan kehendak mereka tanpa tergantung pada media mainstream. Mereka dapat membentuk komunitas online mereka sendiri, baik berbasis hobi maupun sebuah brand yang dimiliki atau disukai. Bahkan, mereka juga bisa saling berbagi informasi melalui blog, forum, dan media online. Termasuk, menjalin networking melalui social media seperti Facebook, Friendster, Twitter, Plukr, Linkedin, dan sebagainya. Pr dapat menagkap peluang ini untuk melakukan kegiatan Marketing PR atau membangun image perusahaan dan atau produk serta mengedukasi konsumen 

Menurut Ong Hock Chuan, Penasihat Teknis dan pendiri Maverick pada seminar yang diadakan oleh majalah Mix Marketing beberapa waktu yang lalu, dalam membuat rencana untuk digital PR campaign, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Di antaranya, know your audience, be clear about your objective, decide on strategy, and decide on channel to implement against strategy.
Hanny Kusumawati Associate Head of New Media Division dalam seminar tersebut menjelaskan mengenai obyektif dari penggunaan media online sebagai media baru. Menurut Hanny, ada lima hal yang menjadi obyektif dari penggunaan media baru tersebut. Kelimanya adalah listening, talking, energizing, supproting dan embracing. “Kelimanya tidak harus semua dipakai, tapi pilih salah satu yang tepat, sesuai dengan obyektif dari perusahaan,” jelas Hanny.

Hanny pun memberikan contoh perangkat apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai lima obyektif di atas. Perangkat Listening misalnya, berupa googlereader dan RSS—teknologi untuk memonitor berita. Talking dapat menggunakan perangkat blog, seperti wordpress dan blogger. Adapun Energizing, bisa menggunakan facebook, Myspace, Linkedin, Friendster, dan lainnya sebagai tools. Untuk obyektif Supporting, perangkat yang dapat dimanfaatkan adalah discussion group seperti google group, yahoo group, dan sebagainya. Terakhir, untuk obyektif Embracing, seluruh perangkat yang telah disebutkan di atas dapat menjadi pilihan (Use the channel above to do crowsourcing).

Dengan adanya perkembangan media baru ini maka kompetensi PR selayaknya tidak hanya terbatas pada penguasaan konseptual ( keahlian kognitif) tetapi juga ditambah dengan penguasaan (keahlian) teknis untuk mengoperasikan new media (media baru ) tersebut. PR tidak hanya bs menjadi seorang juru bicara (spoke person) namun di sisi lain dia juga memiliki kemampuan tuk dapat membuat sebuah konsep blog dan website dengan baik, memanfaatkan secara konstruktif media-media sosial yang ada, facebook misalnya, adalah smart media yang dapat kita pakai untuk menjaring networking sosial dengan para stakeholder kita, yahoo group atau google group dapat digunakan PR untuk menjaring pendapat (opini publik). Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media baru adalah beberapa kelemahan yang muncul, misalnya kemungkinan terjadinya delayed feedback (Snail Mail , misalnya). 
Medium komunikasi yang lain face to face communcation , small group communication, large group communication dan media Pr yang lain tentu tetap diperlukan dan sifatnya tentu saja saling melengkapi, karena masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan .

Kepompong Kemiskinan di Lombok-NTB

Pernahkah kita membayangkan tinggal di daerah tepi pantai, yang berair payau, hidup dengan pengasilan yang rendah , tinggal di rumah yang dapat dikatakan tidak layak huni, di sinilah terletak kepompong-kepompong kemiskinan masyarakat di Pulau Lombok NTB. Sebagai sebuah pulau yang memiliki potensi pariwisata yang luar biasa (pantai -pantai yang dimiliki sangat indah), sebagian masyarakat Lombok NTB justru terperangkap dalam kepompong-kepompong kemiskinan di mana mereka sulit untuk keluar dari kepompong tersebut. 

Kebanyakan kemiskinan ditemui di daerah -daerah atau di desa tepi pantai. Sebagian dari mereka berprofesi sebagai nelayan, dan pembuat batu bata yang berupah sangat minim. Di daerah tepi pantai Sekotong misalnya saya banyak menemukan rumah-rumah yang sangat tidak layak untuk dihuni, dan kualitas kehidupan masyarakat yang sangat rendah
(pendidikan yang rendah, air bersih yang tidak memadai, gizi buruk , status ekonomi yang rendah). Pantai Sekotong sendiri sangat terbengkalai, padahal pantai ini sangat jernih, indah.. dan pemandangan sunset yang sangat menawan , namun sayangnya lingkungan sekitar pantai tidak terawat sebagaimana mestinya, sampah pengunjung berserakan dimana-mana, mengusik keindahan alamiah yang dimiliki oleh pantai itu.

Menurut dr Bobby Marwal Syarizal, dosen FK UNRAM Mataram , sebanyak 65% KK di Lombok adalah KK miskin, dan kebanyakan hidup di daerah pantai yang berair payau. Angka yang luar biasa besar untuk sebuah angka kemiskinan. Menurut dr Bobby, belum banyak peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang ada di NTB yang terjadi selama dia bertugas di NTB selama 4 tahun. 

Dari data BPS, indeks pembangunan manusia di NTB (note: IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living), propnsi NTB meduduki rangking kedua terendah sebelum Propinsi Papua yaitu 60.5 (longelivity) , 6.6 (Man years of schooling) da 5.2 (untuk
literacy), alhasil dengan kondisi ini NTB menyandang rangking 32 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia (data tahun 2005)

Kemiskinan melahirkan persoalan-persoalan baru di NTB. Fenomena putus sekolah, trafficking,serta TKI dan TKW ilegal. Menurut dr Bobby Marwal, MPH tak jarang masyrakat tepi pantai menjual murah tanahnya , yang paling parah adalah ketika harga diri manusia sudah tidak ada artinya lagi, 
bahkan lebih rendah daripada seekor binatang, mereka bahkan rela anaknya "dijual" pada para (maaf) phedophilia hanya demi imbalan motor terbaru . Hasil penjualan tanah atau aset tidak digunakan untuk reinvestasi atau digunakan utk melakukan kegiatan perekonomian produktif namun lebih banyak digunakan untuk naik haji (bagi orang NTB terutama penduduk asli, dapat menyandang predikat haji 
adalah status sosial yang tertinggi sekalipun uang yang dipakai utk berhaji adalah hasil penjualan aset satu-satunya yg mereka miliki tau digunakan untuk kegiatan ekonomi konsumtif yang membuat mereka jatuh 
terperangkap kembali dalam kemiskinan
Melihat keadaan yang seperti ini, bagaimana NTB akan
mensejajarkan diri dengan propinsi yang lain dalam bidang kualitas hidup
masyarakatnya? Bagaimana dengan peran pemerintah selama ini untuk
memberdayakan potensi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat NTB?

Dengan terpilihnya new goverment di Indonesia, apakah ada perubahan untuk NTB? Saya berharap sangat, angin segar akan berhembus segera ke arah timur..

TENTANG GREEN PUBLIC RELATIONS

ABOUT GREEN PR

Bagi teman-teman yang tertarik pada bidang amatan Public Relations, perlu tahu apa itu Green PR
Green PR adalah sub bidang dalam public relations yang mengkomunikasikan kepada publik mengenai praktek-praktek ramah lingkungan atau program-program CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuan dari green PR adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan merek product (brand awareness) dan meningkatkan citra. Green PR tidak sekedar melakukan CSR, tetapi bagaimana program CSR tersebut dikampanyekan kepada publik dan mengajak orang untuk agar memiliki kesadaran  sesuai  dengan program kampanye tersebut. Dari hasil riset yang pernah dilakukan, ada temuan menarik bahwa 85% konsumen di dunia ingin untuk mengubah kebiasaan konsumsinya agar bumi (earth) memiliki masa depan yang lebih baik, 55% konsumen bersedia mempromosikan produk jika ada kampanye (cause) di belakang product tersebut, dan sebanyak 41% orang membeli produk karena pengaruh social purpose. Nah, jadi konsumen saat ini ternyata tidak semata-mata melihat harga, desain dan kualitas barang tapi praktek-praktek sosial termasuk CSR mendapat perhatian juga dari konsumen    
Contoh dari Green PR  salah satunya “The Body Shop” , value Body Shop sejak awal keberadannya memberikan perhatian besar terhadap isu-isu dunia ketiga dengan No Abuse Against Women, No traficcking and No Animal Testing. The Body Shop turut mengajak masyarakat , baik lokal, nasional dan global agar ikut memerangi atau mencegah kekerasan dalam rumah tangga , perdaangan perempuan dan test uji coba pada binatang,apa yang dilakukan The Body Shop tidak hanya berhenti pada campaign, tapi juga sampai pada tataran produk .
Another one , Tupper Ware, memiliki kepedulian besar terhadap isu lingkungan, dengan gerakannya, REDUCE REUSE dan RECYCLE, mengajak masyarakat dan komunitas untuk bergabung dan melakukan kampanye publik bersama 

Namun perlu diingat, tidak  harus perusahaan besar yang bisa melakukan hal tsb (Green PR) , kita bisa mulai dari diri sendiri, masysrakat di lingkungan sekitar kita, CSR atau Green PR tidak juga harus dilakukan oleh company besar. Kita bisa ajak komunitas kampus tuk bikin Green PR, remaja Masjid, Karang Taruna dan semua orang yang ada di sekelilingmu 
Green PR juga tidak harus mahal, dengan kreativitas dan inovasi kita bisa cari kegiatan atau program yang impactfull dan lowcost

Thailand


Grand Palace, Thailand March 2010


Grand Palace, Thailand -March 2010

Saturday, November 05, 2011

Bengkulu and Sate Palang-Klaten

Visiting Bengkulu, Dec 2010 posed in front of Fort Marlborough


Friday, November 04, 2011

Welcoming Dinner @UMY

Making pizza @home



Buah cempedak depan rumah

View on the garden

My desk

My Baby

Posing @my department facade

@Fisipol UMY
ICONPO (International Conf of Public Org)

At Budi Mulia School
               
At Gathering Fisipol Komunikasi UMY

My Prince and Princess


                                                                           My princess and prince: Vattaya and Hasnan

TEAM BUILDING

MEMBANGUN KERJASAMA TIM (TEAM BUIDING)
A. PENGERTIAN DAN MAKSUD PEMBENTUKAN KELOMPOK

Kelompok adalah suatu unit yang merupakan sekelompok atau sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu.

Kelopok memiliki ciri-ciri:
-Memiliki keberadan untuk melaksnakan tugas-tugas organisasi atau pekerjaan yang tidak berkaitan.
Orang-orang yang ditunjuk oleh organisasi yang bersangkutan untuk menjalankan peran resm ttt misalnya sbg kepala bagian, kepala seksi dsb

Mengapa perlu dibentuk kelompok:
-Dengan adanya kelompok maka resiko thd pekerjaan ditanggung oleh kelompok.
Sumber lebih banyak dan terjad proses belajar dari kelompok lain.
-Kelemahan individu teratasi oleh kelompok
-Kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dapat lebih akurat.

Pembentukan kelompok
1. Tahap pertama yaitu masa infasi (pembentukan)
Pada fase ini anggota kelompok sedang mencoba mengenali orang lain, apa yang dapat dilakukan dan bgmertindak serta berusaha untuk menetapkan ketentuan-ketentuan dan perilakun b dasar.

2. Tahap kedua masa remaja
Setelah menetapkamaan dan harapan, kelompok akan pindah

3. Tahap kedewasaan
Pembentukan norma dan pelaksanaan norma. Pada tahapan ini kelompok mulai bekerja sama

4. Tahap transformasi
Pengembangan terakhir terjadi ketika tujuan atau target suatu kelompok ttt telah dicapai.

Kelompok belum tentu merupakan tim, namun tim pasti merupakan suatu kelompok. Tim adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan tertentu.
Tim adalah suatu kelompok yang memiliki ikatan dan interakasi yang harmonis memacu terjadinya perubahan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi maupun organisasi.
Ikatan dan interaksi yang harmonis akan muncul dalam wujud keterpaduan pola pikir (way of thinking), pola emosi dan motivasi (way of feeling) dan pola tindakan (way of action)

Ciri-cir atau kondisi organisasi sebagai tim tidak akan berhasil apabila:
1. Desain visi, misi dan strategi perusahaan yang kurang imaginable, feasable, motavable, communicable.
2. Moral atau semangat tim yang rendah
3. Konflik of interest pribadi merebak
4. Kemampuan mental (intelegensia, kreativitas) rendah
5. Seleksi yang kurang berhasil
6. Kepribadian yang dominan introvert atau ekstrovert
7. Komposisi susunan team yang tidak efektif.
8. Ketidakjelasan peran tim dan anggota-anggotaya
9. Tertutup untuk evaluasi
10. Pemberdayaan kurang efektif.

MANFAAT MEMBANGUN TIM YANG EFEKTIF
Robert B. Maddux
1. Dengan adanya tim maka sasaran yang realistis ditentukan dan dapat dicapai secara optimal
2. Anggota tim dan pemimpin tim memiliki komitmen untuk saling mendukung satu sama lain agar tim berhasil
3. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya dam dapat aling membantu satu sama lain
4. Komunikasi bersifat terbuka
5. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai






CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


Atau disebut dengan : corporate citizenship, responsible business and corporate social performance

adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya
( namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri (Daft, 2006: 213)


PANDANGAN PRO –KONTRA TERHADAP CSR
Di kalangan akademis dan kebijaksanaan publik, ada 2 pandangan yang saling bertentangan .
Pandangan klasik beranggapan bahwa tanggung jawab manajemen dalam menjalankan suatu bisnis adalah memaksimalkan laba
Beberapa alasan dalam menentang CSR :
Mengurangi laba perusahaan
Meningkatkan Biaya Perusahaan
Melemahkan Tujuan Bisnis
Terlalu banyak pengaruh Sosial bagi perusahaan

Di sisi lain, pandangan sosio economi beranggapan bahwa setiap organisasi harus menaruh perhatian kepada kesejahteraan sosial perusahaan

1.  Keuntungan jangka panjang
2.  Citra perusahaan
3.  Perusahaan memiliki kewajiban etis
4.  Perusahaan memiliki Sumber daya
5.  Lingkungan yang lebih baik bagi semua orang
6.  Masyarakat menginginkannya



Banyak kegiatan yang dapat dilakukan perusahaan :
1.  Ekologi dan Lingkungan
2.  Kebenaran dalam membantu dan melindungi lingkungan
3.  Bantuan pendidikan serta pelayanan kebutuhan masysrakat
4.  Praktek kerja yang memperhitungkan kaum minoritas
5.  Hubungan industrial yang progresif dan bantuan terhadap karyawan
6.  Kedermawanan perusahaan


ENAM PROGRAM PILIHAN
 Phillip Kotler dan Nancy Lee dalam bukunya ”Corporate Social Responsibility, Doing the Most Good for Your Company and Your Cause” (2005), mengidentifikasi enam pilihan program bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Keenam inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah: pertama, Cause Promotions dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah sosial tertentu seperti, misalnya, bahaya narkotika.
Kedua, Cause-Related Marketing bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk periode waktu tertentu atau produk tertentu.
Ketiga, Corporate Social Marketing di sini perusahaan membantu pengembangan maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk merubah perilaku tertentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya kebiasaan berlalu lintas yang beradab.
Keempat, Corporate Philantrophy adalah inisitiatif perusahaan dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk donasi ataupun sumbangan tunai.
Kelima, Community Volunteering dalam aktivitas ini perusahaan memberikan bantuan dan mendorong karyawan, serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat.
Keenam, Socially Responsible Business Practices, ini adalah sebuah inisiatif di mana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan.



TRIPLE BOTTOM LINES
"People, Planet and Profit" are used to succinctly describe the triple bottom lines and the goal of sustainability. The phrase was coined by John Elkington, co-founder of the business consultancy SustainAbility in 1994. It was later expanded and articulated in his 1998 book Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of 21st Century Business. (ref Business and Sustainable Development: A Global Guide). Sustainability, itself, was first defined by the Brundtland Commission of the United Nations in 1987.

People

"People" (Human Capital) pertains to fair and beneficial business practices toward labor and the community and region in which a corporation conducts its business.
The Global Reporting Initiative (GRI) has developed guidelines to enable corporations and NGO's alike to comparably report on the social impact of a business.

 Planet

"Planet" (Natural capital) refers to sustainable environmental practices. Generally, sustainability reporting metrics are better quantified and standardized for environmental issues than for social ones. A number of respected reporting institutes and registries exist including the Global Reporting Initiative, CERES Community Environment Park, Institute 4 Sustainability and others.

Profit

"Profit" is the bottom line shared by all commerce, conscientious or not. Arguably, from the perspective of sustainability, “Profit” is the most critical of the three triple bottom lines. If a strong focus is not maintained on the value proposition for the product or service for sale, profits will be affected and consequently a business’s ability to have any impact through its purpose (People and/or Planet) will be eroded.



Dalam melakukan CSR : perusahaan perlu melakukan CBBO: Cause-Business-Brand –Objective Analysis : program CSR tidak hanya cukup menghadirkan program sosial tanpa adanya analisa secara mendalam thd kesesuaian program tsb dengan misi dan tujuan perusahaan
Contoh ketepatan antara business dan brand mission : Body Shop yang sejak awal kemunculannya menunjukkan perhatiannya pada dunia ketiga, tidak melakukan uji coba pada binatang serta menolak kekerasan dalam rumah tangga.
Menurut penelitian dari Cone/Roper Corporate Citizenship di AS menunjukkan 88% karyawan yang menyadari program CSR memilik tingkat loyalitas yang tinggi terhadap perusahaannya bahkan 53% bekerja disebuah perusahaan karena komitmen perusahaan thd isu-isu sosial
Pada tahun 2001, penelitian National Employee Benchmark Study yang dilakukan oleh Walker Information : 62% karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki CSR akan merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, yang lebih menarik 73% karyawan menyebutkan mereka lebih loyal terhadap perusahaan yang memiliki misi sosial dengan program CSR.   
 Lima kriteria penting dalam menjalankan program saat ini :
1.    Sustainable empowerment
2.    Strategic Aliances dengan organisasi nirlaba
3.    employee participation 
4.    CSR yang mampu membangun buffer sosial dan politik
5.    High Profile : stand out : yang mudah didengar, dilihat dan diingat orang
Contoh CSR:

MARUBENI

Creating a Better Workplace for Women

Marubeni is dedicated to improving workplaces so that female employees can work comfortably and with peace of mind. In addition to espousing equal employment opportunities during recruitment, we have also introduced the Childcare Leave System and Nursing Leave System. During fiscal 2005, we also organized a team to make recommendations suggested by female employees to the company.





















STRATEGI POSITIONING GROUP BAND SLANK

Oleh : M.Ronald Reagan dan Yeni Rosilawati

(DIMUAT PADA JURNAL ILMU KOMUNASI ATMAJAYA 2009) 

Slank berdiri pada Desember 1983. bermula dari sebuah band sekolah yang diberi nama (CSC) Cikini Stone Complex, yang terdiri dari anak-anak SMS perguruan Cikini dengan Personilnya Bimo Setiawan (drum), boy (guitar), Kiki (guitar), Abi (bas), Uti (vocal), dan Well welly (vocal). Saat itu mereka membawakan lagu-lagu dari Rolling Stone sebagai ekspresi kesukaan terhadap grup idola mereka. Namun akhirnya band ini tidak bisa dilanjutkan, karena tekad dan keseriusannya dalam bermusik Bimo Setiawan yang akrab dengan panggilan bim-bim bersama kedua saudaranya Denny dan Erwan kembali membentuk sebuah band dengan nama Red Evil yang kemudian berubah nama menjadi Slank dengan formasi Bim-bim (drum), Erwan (vocal), bongky (gitar), Denny (bas). Kali ini mereka tampil dengan konsep berbeda dengan sebelumnya, dalam aksinya mereka mulai berani menampilkan lagu-lagu ciptaan sendiri (www.Slank.com).

Slank adalah salah satu band di Indonesia yang dapat menyatakan idealisme diri masing masing tapi musik mereka masih dapat diterima oleh audiens. Perjalanan karir band yang tidak selalu mulus. Pergantian personil, masalah narkoba, sampai hubungan antar personil yang sering terjadi konflik. Tidak membuat band ini mundur. 

Sungguh suatu keberanian pada masa awal mereka untuk menawarkan jenis musik yang mereka mainkan. Mungkin dalam segi lirik masih kalah tajam dengan Sesepuh kita Iwan Fals. Tapi dalam segi aransemen musik Slank lebih bervariasi dan lebih kental nuansa Rock N Roll serta komposisi nada yang kompleks. Mungkin karena mereka muncul pada masa setiap musisi harus menguasai tehnik dengan baik tidak seperti akhir akhir ini yang setiap orang dapat bermain musik asal mereka memiliki modal maka jadilah dia sebuah band. Hubungan dengan para penggemar menjadi unsur yang determinan bagi band ini. Karena itu mereka besar tidak lain Karena dukungan fans yang terus mensupport semua karya - karya mereka. Selain itu musik mereka banyak memberi kontribusi terhadap musisi-musisi indonesia setelah generasi mereka, seperti kata Oppie Andaresta dikutip dari sebuah situs “Slank adalah musisi yang memberi pengaruh kepada banyak musisi lain," (www.infomusik.com)

Kematangan dalam aransemen, pola hidup para personil, serta didukung manajemen yang baik maka tidak heran Slank banyak yang mengemari, mereka menyebut diri mereka Slankers. Suatu hal yang menggagumkan dan patut diteliti bagaimana Slank dapat bertahan sampai dengan sekarang ini. Strategi apa yang membuat mereka jadi demikian.


Positioning memegang peranan yang sangat penting. Karena tanpa hal tersebut, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan akan sulit membedakan keberadaan produk di pasar, karena produk tidak memiliki citra yang kuat dan unik di benak konsumen. Dengan pertimbangan banyaknya band-band baru yang bermunculan akhir-akhir ini, namun Slank tetap dapat mampu mempertahakan citra mereka di mata penggemarnya, oleh karena itu Slank bisa dikatakan sukses dalam membentuk citra yang unik di benak penggemarnya.

Slank sebagai salah satu band yang sudah cukup lama bertahan di kancah musik tanah air. hal ini terbukti efektif terlihat dari sambutan yang antusias masyarakat akan keberadaan mereka. Slank mampu bertahan hingga sekarang walaupun saat ini dunia musik Indonesia sudah banyak berdatangan band - band baru yang berkualitas dan mempunyai kemampuan yang sangat baik dan kompetitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menguraikan strategi positioning grup band Slank dalam menanamkan citra sebagai salah satu grup Band di Indonesia. 
METODE PENELITIAN

Pada dasarnya terdapat 2 pendekatan paradigma utama dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Perbedaan kedua pendekatan ini bukan semata-mata karena pemakaian statistik sebagai alat bantu, akan tetapi menyangkut 3 perbedaan lain yang mendasar yaitu : pandangan dasar tentang sifat realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan antar gejala yang diamati, peranan nilai dalam penelitian dan kemampuan generalisasi. Kedua. Karakteritik penelitian yang berbeda. Ketiga, proses penelitian yang berbeda (Sugiyono, 2000:iv)

Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif, mengingat di dalamnya tidak akan melakukan uji hipotesis, tidak menggeneralisasi, intersubjektif, proses penelitian yang bersifat siklus, serta mencerminkan karakteristik-karakteristik dari penelitian.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Muhammad Nasir, 1988:63). Sebuah penelitian deskriptif terdiri dari beberapa jenis antara lain: penelitian survey, deskriptif berkesinambungan, studi kasus, analisa pekerjaan dan aktivitas studi waktu dan gerakan (Muhammad Nasir, 1988: 55). 


TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI

Konsep strategi telah lama ada. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Yunani strategeia yan berarti seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal (Stoner,1996: 267). Orang Yunani mengetahui bahwa strategi lebih dari sekedar berperang dalam pertempuran. Jenderal yang efektif harus menentukan jalur suplai yang tepat, memutuskan kapan berperang atau tidak. Sejak zaman Yunani kuno, konsep strategi sudah memiliki komponen perencanaan dan pembuatan keputusan atau komponen tindakan (Stoner,1996: 267).
Menurut Schemerhorn (1999: 174), strategi merupakan suatu perencanaan kegiatan yang komprehensif yang menentukan petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap pengalokasian sumber daya untuk mencapai sasaran jangka panjang organisasi.


Al Ries dan Jack Trout mendefinisikan bagaimana Anda membedakan diri Anda sendiri dalam pikiran calon konsumen Anda” (2002:3). Untuk membangun positioning yang tepat, Hermawan berpendapat :

a. Positioning haruslah dipersepsi secara positif oleh para pelanggan dan menjadi reason to buy mereka. ini akan terjadi apabila positioning mendeskripsikan value yang diberikan kepada pelanggan dan value ini benar-benar merupakan sesuatu aset bagi mereka.

b. Positioning seharusnya mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif perusahaan. Jangan sekali-kali merumuskan positioning, tetapi ternyata tidak dapat melakukannya. Karena bisa terjadi over-promise under-deliver. Sehingga pelanggan akan mengecap merasa dibohongi. Jika sampai dicap pembohong, maka hancurlah kredibilitas di mata pelanggan.

c. Positioning haruslah bersifat unik sehingga dapat dengan mudah mendiferensiasikan diri dengan para pesaing. Kalau positioning unik, maka keuntungan yang diperoleh adalah positioning tersebut akan tidak mudah ditiru oleh pesaing, sehingga konsekuensinya positioning tersebut akan sustainable dalam jangka panjang.

d. Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan dalam lingkungan bisnis, baik itu perubahan persaingan, perilaku pelanggan, perubahan sosial-budaya, dan sebagainya. Apabila terjadi situasi tersebut maka harus dilakukan repositioning. (Kartajaya, 2004:14).
Menurut Hermawan Kertajaya, “positioning merupakan being strategy”. Positioning menjadi penentu eksistensi merek, produk, dan perusahaan di benak pelanggan. Positioning adalah reason for being bagi kita. Strategi menurut Poter adalah upaya untuk menghasilkan posisi yang unik dan valuable bagi pelanggan. Itu tak lain adalah positioning. Positioning merupakan simpul dan titik awal perumusan strategi. Positioning menjadi acuan bagi penyusunan differensiasi. Dan karena itu, ia menjadi landasan dalam membangun ekuitas merek. (Kartajaya,2004:11).

Strategi positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak sasaran, sehingga terbentuk citra (image) merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan merek atau produk pesaing. Kunci utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang diciptakan. Selain ditentukan oleh persepsi pelanggannya sendiri, posisi atau citra sebuah perusahaan dipengaruhi oleh pesaing dan pelanggan mereka.

Positioning berhubungan dengan bagaimana memainkan komunikasi agar dalam benak konsumen tertanam citra tertentu. Seperti didefinisikan oleh Sutisna (2002: 258), menjelaskan bahwa positioning sebagai “cara pemasar menanamkan citra, kesan dan persepsi imajinasi atas produk yang ditawarkan kepada konsumen melalui proses komunikasi.”

Komunikasi yang dibangun oleh pemasar seharusnya menciptakan hubungan asosiatif antara produk dengan arti-arti tertentu yang positif. Sehingga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan produk lain. Agar keberhasilan sebuah komunikasi pemasaran dari suatu produk sangat tergantung bagaiman kita melakukan positioning tersebut dengan baik. Upaya ini dianggap perlu karena situasi masyarakat atau pasar konsumen sudah over communicated. Perlunya positioning dalam pasar yang sudah penuh dengan persaingan pasar dalam usaha lebih menempatkan posisi perlu juga untuk memperhatikan pesaing agar bisa menentukan unsur apa saja yang menjadi kekuatan untuk menempatkan diri lebih dari pesaing.

PEMBAHASAN

“Slank adalah mimpi, proses, emosi, dan semangat” (wawancara dengan personil Slank tanggal 22 november 2007). Bim-Bim mendefinisikan Slank demikan. Di era awal mereka dengan bangga membawakan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri, disaat band-band lain masih berkutat dengan lagu-lagu orang lain. Image yang ingin ditanam oleh Slank sendiri yaitu kebebasan dan perjuangan.

Slank sendiri tidak memilih image tersebut seperti yang disampaikan Bim-Bim

“Slank tidak memlilih, Slank hanya berekspresi, berekspresi dengan mimpi, proses, dan dengan gaya yang kita mau, jadi kita bukan memilih. kalo bisa jujur aja. Image yang ingin ditanam oleh Slank sendiri yaitu kebebasan dan perjuangan dan image itu terbentuk setelah album pertama keluar. orang yang menilai musik Slank adalah jujur” (Sumber; wawancara dengan personil Slank, tanggal 22 november 2007).
Karena berhubungan dengan citra. Tanpa disadari Slank telah melakukan Positioning. Slank sendiri pada awalnya memandang bahwa positioning merupakan hal tidak penting dikarenakan mereka tidak mengetahui hal tersebut.

“Positioning itu untuk menggambarkan antara produk dan pasar yang ramai. Ada anak kecil, orang tua, Islam Kristen dan yang lainnya, terus ada produk baru bernama Slank. Jadi positioning itu adalah penonjolan citra unik Slank untuk menjual dagangan Slank, awal berdirinya Slank, Slank gak pernah memikirkan itu, bahkan mereka gak tau apa itu positioning, ngalir aja” (Sumber; wawancara dengan manajer direksi Koran Slank, pada tanggal 28 November 2007). 
Selanjutnya manajer Direksi Koran Slank menjelaskan positioning Slank sebagai berikut;

“Positioning Slank adalah polos dan apa adanya, that’s Slank, anak menengah kebawah, anak orang susah, anak orang miskin, naek bus, pengamen, pemulung, berandalan, tukang ojek, tukang becak, segala macam. Itu adalah orang-orang yang polos dan apa adanya, apa adanya itu mereka gak maksain hidup, Slank pengen penggemarnya tuh hidup apa adanya.itu yang dilakukan Slank, Bim-bim bisa kebeli BMW, Mercedes, tapi dia gak beli, dia hidup apa adanya” (Sumber; wawancara dengan manajer direksi Koran Slank, tanggal 26 September 2008)

Slank bisa dibilang adalah generasi awal grup musik di tanah air yang bertemakan apa adanya, ini menjadikan dampak positif bagi Slank karena apa yang diinginkan pasar adalah sesuatu yang jujur dan dirasa mewakili apa yang pasar rasakan. Sehingga memudahkan dalam mensegmentasikan pasar dan lebih jauh lagi akan mempermudah untuk mengetahui musik serta lirik seperti apa yang belum ada pada pesaing.

Manajemen Slank selalu berusaha menstimulus kreativitas Slank. Peluang (opportunities)nya adalah besarnya peluang pasar pada segmen ini yaitu anak muda. Bukti bahwa Slank mampu mempengaruhi perilaku slankers adalah ketika para personel Slank mengkonsumsi narkoba, slankers pun ikut mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu. Dan ketika Slank memutuskan untuk tidak lagi mengkonsumsi narkoba, para slanker berhenti menggunakan narkoba. Kepatuhan slanker terhadap Slank telah membuktikan bahwa Slank tidak hanya grup musik yang menjual musik dan merchandise. Grup ini telah menjual gaya hidup. Kemudian yang terakhir adalah ancaman (threats), yaitu adanya kompetisi dari berbagai grup musik dari dalam maupun luar negeri yang sangat ketat, hal ini akan mempengaruhi pasar Slank yang merupakan sumber keberlangsungan dari Slank. Dengan kondisi pasar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka konsekuensi dari pemosisian yang telah ditetapkan adalah bahwa Slank harus pula mencerminkan karakter dari positioning statement mereka itu sendiri.

Sebagai sebuah grup musik Slank tidak hanya menjual produk semata. Grup musik ini tidak lagi menjual kaset atau merchandise, tapi menjual gaya hidup. Gaya hidup yang ditawarkan oleh Slank kepada para penggemarnya adalah kebebasan dan anti kemapanan yang polos dan apa adanya. Inilah sebetulnya yang dicari dan dibeli oleh slankers. Dengan membeli kaset Slank dan mendengarkan lagu-lagu di dalamnya, para slankers dapat merasa senang dan melupakan kesulitan yang mereka hadapi. Karena mereka merasa musik Slank dapat mewakili apa yang mereka rasakan. akhirnya tujuan dari positioning Slank pun terpenuhi.

Strategi positioning Slank pada dasarnya adalah untuk membedakan diri dari band lainya. Hal ini perlu dilakukan karena Slank memiliki banyak pesaing dalam dunia musik. Semaraknya dunia musik di tanah air berimbas ke banyaknya band-band baru yang bermunculan dengan kualitas yang siap bersaing. Fokus utama dalam persaingan ini adalah adanya pesaing langsung (utama), Direct competitor/pesaing utama Slank adalah band-band yang sudah lama eksis di tanah air seperti Dewa, Padi, Sheila on 7 dsb, dan pesaing keduanya adalah band–band baru seperti Ungu, Radja, Peterpan dsb.


“Suatu saat nanti ketika orang mengingat Slank, orang akan melihat nilai yang baik (berpikiran bebas dan bertanggung jawab, gak mau mendikte tapi juga gak mau mendikte orang, gak mencuri dan gak dicuri, gak mau dipecundangin orang dan gak mempencundangin orang.), dengan kata lain ketika orang melakukan kebaikan maka orang itu adalah Slank”. (Sumber; wawancara dengan Manajer Direksi Koran Slank, tanggal 28 November 2007).

Positioning yang jelas dan tepat akan memudahkan pasar menangkap pesan untuk siapa produk yang bersangkutan diperuntukkan. Demikian pula dengan Slank, dengan positioning sebagai grup musik yang polos dan apa adanya, akan memudahkan pasar target dari Slank adalah orang-orang mempunyai kesamaan visi dengan Slank yakni orang yang polos dan apa adanya.
UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGKOMUNIKASIKAN POSITIONING SLANK

Positioning adalah bagaimana caranya agar yang kita pikirkan dan yang ingin kita sampaikan kepada konsumen dapat dipersepsikan seperti yang kita inginkan. Mengingat aspek terpentingnya berada di pikiran konsumen, bukan di kemasan produk. Persepsi terhadap Slank yang berada dalam pikiran konsumenlah yang bekerja untuk mempengaruhi keputusan konsumen dan akhirnya akan memberi manfaat yang sangat besar bagi Slank sendiri. Banyaknya berbagai band yang saling bersaing, tiap band mempunyai kedududukan (posisi) tertentu dalam ingatan konsumen, sehingga strategi positioning Slank perlu diperjuangkan dengan gigih untuk mendapatkan tempat yang menguntungkan di benak konsumen.

Bim-Bim menjelaskan upaya yang dilakukan Slank dalam mengkomunikasikan positioningnya adalah;

“Melalui televisi yakni dengan pemutaran video klip, konser Slank, dan melalui koran Slank, tapi itu semua harus sesuai dengan tema yang Slank usung yakni polos dan apa adanya karena apabila itu sesuai dengan tema-tema yang Slank usung, media akan menulis dengan semangat. Kalo Slank Cuma bilang kita ngeluarin album baru media akan lewat saja. contoh kita ngeluarin album baru untuk solidaritas terhadap yatim piatu. Itu akan lebih menarik media. Album Terakhir slow but sure. Itu soal demokrasi sama lingkungan hidup (Sumber; wawancara dengan personil Slank, tanggal 22 November 2007).

Strategi positioning Slank pada dasarnya adalah untuk memberikan keunikan (Unique selling proposition) sehingga berbeda dari band lainnya. Unique selling proposition (keunggulan/penawaran kompetitif) yang dimaksud adalah bahwa Slank sebagai grup musik menawarkan gaya hidup kebebasan dan anti kemapanan, namun jujur, polos, apa adanya, dan bertanggung jawab. Hal inilah keunikan Slank yang membedakan dari grup musik lain.

Menurut Budi dalam mengkomunikasi positioning tersebut sebetulnya dilakukan oleh Slank pertama kali adalah;

“Ketika sikap itu udah ada dalam diri mereka, kan harus disampaikan ke masyarakat, harus ada sosialisasi, dan mengkomunikasikan itu lewat koran Slank, dari koran Slank itu lalu berkembang, kemudian hampir sebagian besar lagu Slank setelah koran Slank muncul itu udah mulai mengajak Slank secara langsung untuk gak menggunakan kalimat-kalimat yang bersayap jadi langsung aja, seperti “lu harus gerak”. Jadi itukan sikap-sikap jujur, terbuka, apa adanya untuk menggambarkan tentang sikap polos dan apa adanya itu. Jadi media yang paling efektif yang dilakukan Slank adalah koran Slank kemudian media lain, media lain itu ketika Slank konser, mereka pidato, retorika oleh kaka, ketika mereka tampil dalam interview baik di media cetak maupun di media televisi. Namun yang paling konsisten dilakukan Slank adalah melalui koran Slank (Sumber; wawancara dengan manajer direksi Koran Slank, tanggal 26 September 2008).
1. Musik dan lirik Slank

Gaya hidup kebebasan dan anti kemapanan telah ditunjukkan Slank sejak awal kemunculannya. Slank berani mendobrak aturan-aturan yang ada dalam peta industri musik Indonesia. Misalnya Slank berani menyuarakan protes-protes sosial dan mencampur warna dasar aliran musik mereka, rock ‘n roll, dengan musik lain, seperti bluess, reggae, pop sampai etnik (Sumber; HaiKlip Slank, hlm 6).

Dari segi lirik lagu pun, Slank juga berbeda. Grup ini berani menyuarakan kritik-kritik sosial dan menyentuh berbagai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Mulai dari masalah lingkungan (lagu Nggak Perawan), narkoba (lagu Jerry Preman Urban, Gara-Gara Kamu), kritik pada pemerintah (lagu Balikkin, Orkes Sakit Hati), hingga masalah cinta (lagu Maafkan, Schatzi). Grup ini juga berani menggunakan bahasa-bahasa sehari-hari dalam lirik lagunya, seperti penggunaan kata-kata nggak, gue, dan pake. Bagi Slank, inilah kebebasan berekspresi yang sesungguhnya. Istilah lain menurut Slank, polos dan apa adanya.

Tidak itu saja. Mereka berani menghancurkan conventional wisdom yang berlaku saat itu. Pada tahun 1980-an, lagu-lagu yang dinyanyikan berirama mendayu-dayu dan puitis. Bahkan Bimbin menyebutkan sebagai lagu-lagu yang dinyanyikan dengan bahasa Sansakerta (yang diintrodusir oleh Guruh Soekarnoputra dan Gypsi Band – Red. GATRA), dari puisi ke puisi. Tak tanggung-tanggung, ketika Slank Menyanyikan lagu dengan lirik yang simple dan tidak mengindahkan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar, lagu itu, Suit…Suit…He He, pun langsung menjadi hits. (Sumber; HaiKlip Slank, hlm 6)

Slank sebagai grup musik dalam berkarya tidak sekedar membuat musik yang enak di dengar, melainkan juga memuat lirik-lirik lagu yang unik, mulai dari ungkapan cinta, masalah narkoba, lingkungan hingga kritik-kritik kepada pemerintah. Seperti penuturan Bim-Bim;

“Kita selalu bikin lagu melihat lingkungan sosial zaman ini, kalo dulu kita melihat banyak orang teriak reformasi kitapun ikut teriak reformasi, tahun ini banyak orang khawatir global warming kitapun teriak gobal warming, tugas seniman adalah menangkap keresahan masyarakat dan menjadikannya inspirasi. dan semua itu tetap dilakukan dengan polos dan apa adanya” (Sumber; wawancara dengan personil Slank, tanggal 22 November 2007).


2. COVER DAN LOGO SLANK 


Dalam penampilan produk, Slank dapat menunjukan apa adanya mereka. Ketika album pertama Slank diluncurkan, Suit…suit …He He (Gadis Sexy), mereka tidak menampilkan wajah personelnya sebagai sampul album seperti yang dilakukan oleh Penyanyi/musisi lain. Slank hanya menampilkan logo SLANK saja. Nilai filosofi dari logo Slank yang menyerupai kupu-kupu tersebut menurut Budi adalah:

“Kupu-kupu adalah binatang yang bermetamorfosis, proses perkembangannya dari sebuah kepompong hingga akhirnya dia jadi kupu-kupu. Hal inilah yang ingin dicontoh Slank, bahwa Slank ingin berjuangan untuk menjadi sesuatu, dan itu harus melalui berbagai perjuangan yang tidak gampang” (Sumber; wawancara dengan manajer direksi Koran Slank, tanggal 7 november 2008).


Pesan-pesan yang ditampilkan oleh Slank juga berbeda. Dalam salah satu iklannya untuk konser peringatan 20 tahun berdirinya Slank, grup musik ini memberikan gambar bibir yang menggigit logo Slank. Ada makna yang terkandung dalam gambar tersebut. Menurut penuturan Bim-Bim, gambar tersebut bermakna “Slank kiss me” hanya saja harus dibaca slankisme. Slankisme ini adalah polos dan apa adanya. (Sumber; wawancara dengan personil Slank, tanggal 22 november 2007)


3. VIDEO KLIP SLANK 

Melalui video klip, karena hampir semua video klip itu digarap dengan budget yang standar, karena ingin mengambarkan polos dan apa adanya, seperti penuturan Budi;

“Contoh klip yang polos dan apa adanya seperti klip Slank yang paling baru “seperti para koruptor” itu hanya shoting di potlot tepatnya di warung dekat markas Slank. Itu klip yang paling gampang di bikin oleh Slank, di album kelima “kalo kau jadi pacarku”. Buatannya mas adri “gap2” tema klip disesuaiin dengan tema lagu. Yakni mengajak hidup sederhana. Seperti para koruptor disitu temanya bener-bener ngajak orang “uda deh ngapain lu gaya hidup berlebih-lebihan tapi lu korupsi. dan itu tergambar di alur cerita video klip”. (Sumber; wawancara dengan manajer direksi Koran Slank, tanggal 26 september 2008).
4. KONSER SLANK 

Dalam konser Slank selalu membawa nilai apa adanya, seperti Slank setiap ulang tahun, Slank selalu bikin konser yang tidak memposisikan diri mereka sebagai artis. Seperti penuturan Budi;

“Slank mengundang artis-artis yang secara musik, secara moral bisa dipertanggung jawabkan. Dalam pengertian apa yang dilakukan oleh Slank itu dilakukan oleh anak-anak band yang diundang. Jadi Slank itu bersahabat dengan orang-orang yang iramanya seperti mereka. Slank gak pernah ngundang orang-orang yang gak seirama dengan Slank seperti contoh Slank gak pernah undang Dewa di acara ulang tahunnya. Karena menurut gue, Dewa itu band yang borjuis sedangkan Slank enggak. Kayaknya gak ada semanggatnya Dewa yang harus disampaikan ke Slankers, kagak perlu. (Sumber; wawancara dengan manajer direksi Koran Slank, tanggal 26 september 2008).
Seperti ketika konser Slank baru-baru ini, untuk memuaskan fansnya, Slank mengadakan acara bernama “Slankers day” banyak hal yang menjadi terlalu manis untuk dilupakan Slankers pada momen ini, diantaranya adalah ketika mereka berhasil mendapatkan tanda tangan dan foto bareng Slank. Tetapi apa yang dirasakan oleh sepuluh slankers hasil seleksi se-Indonesia yang main di Slankers day 6 Juli 2008 pasti akan menjadi selalu dikenang sepanjang hidupnya. Karena mereka berkesempatan merasakan satu panggung dengan grup musik idola mereka yakni Slank. Selain kesepuluh band seleksi tersebut, Slank mengundang band-band yang menurut mereka sepaham dengan Slank seperti; Steven N Coconutstree sebuah band reggae yang sangat popular saat ini. Band yang liriknya banyak mengangkat kejadian-kejadian sosial yang terjadi disekitar mereka. Ada juga Changcuter band Rock N Roll baru yang bersinar saat ini, hal ini terbukti dengan kemampuan mereka membuat kegilaan padahal ini pertama kali mereka tampil sepanggung dengan Slank (sumber; Koran Slank, edisi 67,hal 11).

Selain dengan cara mengajak para band-band yang sepaham dengan Slank. Slank sendiri dalam setiap konser selalu meneriakkan kata PLUR (Peace, Love, Unity, Respect) yang tak lain adalah bentuk lain dari polos dan apa adanya mereka. Di konser tersebut Slank membagi-bagikan bendera kecil berwarna biru yang bertuliskan PLUR kepada penonton. Untuk penonton yang tepat berdiri di balik barikade ada empat buah spanduk yang masing-masing bertuliskan ‘Peace’, ’Love’, ‘Unity’, ’Respect’. Keempat spanduk tersebut dibentangkan di pagar barikade. Spanduk yang sama juga terdapat di back drop panggung mengapit poster Slankers day (sumber; Koran Slank, edisi 67,hal 11).
5. Merchandise Slank

Toko merchandise yang berlokasi di sebelah markas Slank ini menjual berbagai macam barang bertema Slank mulai dari kaos, celana, tas, topi, bendera, gelas, korek api, jam dinding, bolpen, majalah, stiker, emblem, kalung, gelang, dan Koran Slank. Barang-barang yang dijual di toko ini sebagian besar didesain oleh tim kreatif Slank dan ada juga yang merupakan hasil karya Slankers yang dititipkan untuk dijual. Salah satu motivasi dibukanya toko ini adalah karena banyaknya Slankers yang memiliki kreatifitas dan tidak adanya wadah untuk menyalurkan kreatifitas tersebut.

Barang yang di jual semuanya berdesain sederhana, baik dari bentuk maupun dari bahan-bahannya, seperti sandal Slank, dengan desain sandal jepit harian, bahannyapun terbuat dari bambu-bambu bekas yang tidak terpakai lagi. Selain mendapatkan barang yang unik dari toko ini. Faktor kenyamanan juga menjadi prioritas, seperti yang peneliti lihat sendiri selain tata ruang yang nyaman, sirkulasi udaranya juga terjaga karena ruangannya ber AC, kita dapat membeli koran Slank disana atau hanya membacanya disana. Walau barang yang dijual cenderung barang-barang yang sederhana namun cara mendesain ruangan toko ini memberikan kesan yang tidak asal-asalan. Sehingga memberikan kesan tersendiri bagi yang datang kesana.

6. Gaya hidup sehari-hari

Slank juga cuek dalam masalah penampilan. Meskipun sudah menjadi grup musik papan atas Indonesia dengan honor mencapai Rp 80 juta sekali pentas untuk off air dan Rp 50 juta untuk tampil di televisi, Slank tetap tidak memiliki wardrobe division untuk mengurus penampilan mereka di atas pentas. Masalah kostum panggung dan aksesoris diserahkan pada masing-masing personel. Perilaku Slank yang slenge’an tersebut merupakan cerminan dari slogan Slank, polos dan apa adanya. Slank ingin jujur dalam mengekspresikan diri, baik melalui musik maupun dalam kehidupan mereka. Meminjam istilah Slank, mereka tidak ingin direkayasa. Hal ini sesuai dengan peryataan Budi bahwa;

“Walaupun Slank itu anak-anak orang kaya tapi mereka gak hidup di kaum borjuis, kalo bim-bim beli mobil mercy atau BMW itu akan di cover oleh media dan akibatnya adalah jarak dia dengan penggemarnya yang orang pinggiran dan menengah kebawah akan semakin jauh” (Sumber; wawancara dengan manajer direksi Koran Slank, tanggal 28 november 2007).
Melalui beberapa jalur komunikasi seperti Koran Slank, website, telepon, serta kegiatan-kegiatan sosial dan kegiatan-kegiatan musik inilah Slank dapat memberikan unique experiences kepada para penggemarnya. Slank juga berhasil menciptakan “ Nilai ” (value) melalui nilai kekeluargaan. Masukan-masukan dari para penggemarnya dijadikan dasar untuk menciptakan value-value baru yang dapat memuaskan penggemar. Hasilnya, loyalitas para penggemarnya terhadap Slank semakin tinggi. Selain itu, dengan strategi ini Slank dapat menarik penggemar-penggemar baru. Pada akhirnya, hal ini menghasilkan pertumbuhan bisnis yang menguntungkan bagi Slank.

Suatu citra bisa sangat kaya makna atau sederhana saja. Citra dapat berjalan stabil konsisten dari waktu ke waktu, diperkaya oleh jutaan pengalaman dan banyak jalan pikiran asosiatif, atau sebaliknya, bisa berubah-ubah dan dinamis. Citra bisa diterima secara homogen, sama pada setiap kepala anggota masyarakat, atau sebaliknya, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Seperti itu jugalah, ada banyak konsep teoritis tentang citra dan pencitraan yang secara tradisional dipelajari terus-menerus. (Al Ries dan Jack Trout, 1981;31).

Karenanya berbicara mengenai image, berarti berbicara mengenai persepsi. Persepsi sendiri adalah sesuatu yang bersifat personal, sehingga persepsi akan sesuatu tersebut bisa sama atau bisa saja berbeda dengan yang lainnya. Ini disebabkan oleh penerimaan setiap orang yang berbeda-beda. Karena yang dituju adalah persepsi dari target pasar, maka persepsi itu dapat diciptakan melalui perencanaan yang terstruktur. Untuk mendesain persepsi target pasar melalui positioning, proses perencanaan mulai dari segmenting, targeting, hingga kemudian mendapatkan positioning.

Segmentasi pasar merupakan strategi yang dirancang untuk menganalisa sumber daya perusahaan kepada segmen yang telah didefinisikan, maka agar bermanfaat, segmen pasar harus memiliki beberapa karakter. Karakteristik tersebut adalah :

1) Berbeda atau distictive

Segmen yang disasar harus memiliki karakteristik dan perilaku pembelian yang berbeda dengan segmen lain. Artinya segmen tersebut harus memiliki karakteristik yang khas dan cocok sebagai target market (pembeli) Slank. Ini berarti Slank juga harus memiliki identitas yang sesuai dengan karakteristik target pasarnya. Apabila dilihat kembali target utama pasar dari Slank yaitu para anak muda kalangan menengah kebawah. Namun demikian, karena Slank sekarang adalah sebuah band besar dan apa yang mereka lakukan sekarang mau tak mau makin banyak audiens yang beragam. maka tidak menutup kemungkinan Slank akan diminati dan dibeli oleh khalayak umum seperti orang–orang kaya dan mapan, orang tua, ibu rumah tangga, atau malah kalangan elit sekalipun yang akhir –akhir ini kalang kabut karena tersinggung dengan lirik-lirik yang ditulis oleh Slank.

2) Dapat diukur atau measurable

Ukuran, daya beli dan profil segmen yang dihasilkan harus dapat diukur. Maksudnya disini Slank harus mampu mengukur daya beli pasar sasarannya. Jika dilihat harga per album Slank sekarang ini yang seharga Rp. 25.000 untuk kemasan kaset dan Rp. 30.000 – Rp 40.000 untuk kemasan CD, dan seiring perkembangan Slank mulai merambah ke nada dering pribadi dengan harga Rp. 10.000 perbulan. maka harga ini sangat reasonable bagi segmen yang dituju Slank.

3) Dapat dijangkau atau accessible

Segmen harus dapat dijangkau dan dilayani dengan efektif. Hal ini berarti komunikasi dan distribusi barang harus mampu melayani coverage segmen yang dituju yang dituju Slank. Slank mendistribusikan penjualan albumnya melalui outlet-outlet musik yang bekerja sama dengan Slank dan itu tersebar di seluruh indonesia . Selain itu Slank membuka lebar markas mereka di Potlot untuk para Slanker yang ingin membeli produk-produk yang dibuat oleh Slank. Slank juga melakukan hal-hal seperti di bawah ini sebagai bentuk partnership antara Slank dan Slankers;

a) Mengelola suatu wadah bagi para penggemar yang dikenal dengan nama Slankers melalui manajemen Slankers yang dikelola oleh Pulau Biru Prodaction.

b) Menciptakan jalur komunikasi antara Slank dan Slankers berupa:

· Pembuatan website

· Forum di internet

· Kegiatan kumpul bersama personel Slank dan Slankers

· Nomor selular khusus untuk berhubungan dengan Slankers

· Bekerja sama dengan Telkomsel dengan promosi Kartu-As

· Email dan surat tertulis

· Koran Slank

· Toko merchandise Slank

Dari jalur-jalur komunikasi ini, Slank mendapatkan input, baik secara langsung maupun tidak langsung dari Slankers. Secara langsung dengan Slankers langsung memberikan masukan atau keinginannya melalui media yang telah disediakan (seperti melalui surat atau forum), dan secara tidak langsung berarti Slank mendapatkan input melalui pembahasan atau wacana-wacana yang sedang berkembang di kalangan Slankers. Dan sekaligus mampu memenuhi jangkauan para pelanggannya.

4) Cukup besar atau substantially 

Segmen yang disasar oleh Slank yakni menengah kebawah, sudah terlihat betapa besar peluang pasarnya. Suatu tingkat dimana segmen itu luas dan cukup menguntungkan untuk dilakukan suatu kegiatan pemasaran tersendiri. Maka dari itu Slank memilih target segmennya, yaitu mereka yang merasa memiliki kesamaan visi dan nilai yang di dibawa oleh Slank. Dan hal ini sangat berpotensi dikarenakan Negara kita adalah negara berkembang yang otomatis jumlah kalangan menengah kebawahnya masih sangatlah banyak, dan kalangan itulah yang akan menjadi peluang pasarnya. dan diyakini dapat menjamin kontinuitas pasar yang menguntungkan bagi Slank. 

5) Dapat digarap atau actionable

Artinya segmen yang dibidik dapat dipergunakan sebagai acuan kebijakan yang diambil Slank, baik dari musik dan lirik, Slank sangat mencerminkan karakteristik segmennya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga di buat semenarik mungkin sehingga dapat menarik minat konsumen. Salah satunya adalah kegiatan penyembuhan bagi Slankers yang kecanduan Narkoba. Slank melihat bahwa Narkoba menjadi salah satu isu yang sangat penting yang harus diperhatikan dari kalangan Slankers. Pada awalnya, personel Slank sendiri pernah terjerumus Narkoba dan berhasil menyembuhkan diri. Slank merasa menjadi panutan bagi para pengemarnya, untuk itu slank mencoba untuk memberikan bantuan dengan mengirimkan pecandu di kalangan Slankers tersebut ke pusat rehabilitasi. Untuk kegiatan ini, Slank bekerja sama dengan sebuah Lembaga Kemasyarakatan yang bekerja sama dengan rumah sakit dan Departemen Sosial. Selain kegiatan penyembuhan Narkoba, Slank juga menyelenggarakan beberapa kegiatan sosial lainnya seperti membentuk Organisasi Pecinta Alam di kalangan Slankers. Organisasi ini tercetus karena banyaknya kerusakan alam yang terjadi, terutama di Indonesia dan ternyata banyak anggota Slankers yang sangat peduli dengan hal ini. Slank akhirnya berinisiatif membuat organisasi yang baku dan secara terencana membuat beberapa kegiatan yang melibatkan seluruh anggotanya.

Ada lima keuntungan yang dapat diperoleh Slank dengan melakukan segmentasi pasar, seperti yang diterangkan oleh Rhenald Kasali (1999: 122-128) :

1) Mendesain produk-produk yang lebih responsive terhadap kebutuhan pasar, artinya dengan memahami segmen-segman yang responsive terhadap suatu stimuli maka Slank dapat membuat karya yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan Slankers.

2) Menganalisis pasar, segmentasi pasar membantu Slank dalam mendeteksi siapa saja yang akan menggerogoti penjualannya.

3) Menentukan peluang (niche), setelah menganalisis pasar, Slank yang menguasai konsep segmentasi khalayaknya dengan baik akan sampai pada ide untuk menemukan peluang yang optimal.

4) Menguasai posisi yang superior dan kompetitif, artinya Slank yang menguasai segmen dengan baik paham betul dengan kebutuhan Slanker yang membuat Slank superior dimata Slankers.

5) Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien.

Setelah keuntungan strategi segmentasi didapat, Slank dapat melanjutkan strategi komunikasi yang efektif dan efisien yakni tahap selanjutnya, yakni targeting dan positioning.



SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan bagaimana proses strategi positioning yang digunakan Slank dalam menanamkan citra sebagai salah satu grup band di Indonesia”, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai strategi positioning yang dilakukan Slank sebagai berikut:

1. Tujuan positioning Slank adalah untuk membedakan diri atau memberikan nilai yang unik akan Slank dari band-band lain yang ada. Positioning Slank yang polos dan apa adanya pertama kali muncul ketika Koran Slank terbentuk. Nilai filosofi dari positioning tersebut sudah ada sejak awal Slank terbentuk. Alasan pemilihan Positioning Slank yakni dari pilihan musik dan gaya hidup yang mereka ambil, karena kesan orang-orang pinggiran yang mereka bawa menjadi suatu yang berbeda dengan musisi yang lain. Slank pun akhirnya mempertahankan kejujuran seperti itu hingga sekarang.


2. Strategi positioning Slank salah satunya adalah melalui tagline : "polos dan apa adanya". Slank mengoptimalkan berbagai media yang mereka punya untuk mengkomunikasikan positioning mereka sebagai contoh lirik lagu, video klip, merchandise dan gaya hidup sehari-hari mereka. Dalam lagu Balikkin, Orkes Sakit Hati, Slank mencoba untuk menyuarakan kritik-kritik sosial dan menyentuh berbagai permasalahan yang ada dalam masyarakat, termasuk masalah lingkungan pada lagu Nggak Perawan. Dalam cover album, Slank hanya menampilkan logo Slank, tidak menampilkan wajah-wajah personilnya, hal ini adalah salah satu upaya untuk mewujudkan "polos dan apa adanya". Dalam gaya hidup sehari-hari, perilaku Slank sangat natural, bahkan Slank tidak memiliki wardrobe division untuk mengurus penampilan mereka di atas pentas. 


A. Saran

Melalui strategi positioning yang dilakukan Slank, Slank telah berhasil menanamkan suatu pencitraan yang unik di benak para penggemar mereka, yakni Slankers. Namun ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan menyangkut strategi positioning Slank, antara lain:

1. Slank lebih memperbanyak memaksimalkan semua titik kontak dalam melakukan kegiatan komunikasi pemasarannya untuk mendukung positioning statement Slank adalah “Polos dan Apa Adanya” dan mengelola media yang mereka miliki mengkomunikasikan positioning nya, baik itu melalui situs resmi Slank, koran Slank, video klip, merchandise, dan media –media lain yang dimiliki oleh Slank. 

2. Slank hendaknya mempertahankan citra polos dan apa adanya, menajemen Slank sebaiknya melakukan kegiatan evaluasi (controlling ) terhadap manajemen branding dan positioning Slank. 



DAFTAR PUSTAKA

Trout, Jack dan Ries, L. (2002). Positioning, The Battle for your Mind. Jakarta : Salemba Empat
Kartajaya, Hermawan . (2004). On Positioning, Jakarta : Mark Plus dan PT Gramdia
Koler, Philip. (2002) . Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, Jakarta :Prenhalindo
Kasali, Rhenald. (1999). Membidik Pasar Indonesia , Segmentasi, Targetting, Positioning, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nasir, Muhammad (1988) . Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Schermerhorn, John, R. (1999). Manajemen . John Wiley and Sons dan Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
Sutisna (2001), Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung : Remaja Rosdakarya 
Stoner, James, Manajemen, Prenhallindo, 1999
Thompson, Arthur A JR and Strickland III, AJ . (1999). Strategic Management Concepts and Cases, Irwin Mc Graw Hill
www.infomusik.com
www.Slank.com
Koran Slank, edisi 67, Agustus- September 2008
Majalah Rolling Stone, edisi 40, Agustus 2008
HaiKlip Slank, 2004