Wednesday, June 06, 2012

TRIBUTE TO BUNG KARNO

BUNG KARNO THE UNTOLD STORIES

            Ir.Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama. Soekarno terlahir dengan nama Koesno Sosrodiharjo. Ia merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Namun, di negara barat orang-orangnya terbiasa menyebut Soekarno dengan Achmad Soekarno. Saat kecil, Soekarno merupakan anak yang cukup pintar. Ia tercatat pernah bersekolah di Eerste Inlandse School, Europeesche Lagere School, Hoogere Burger School dan Technische Hoge School.
            Semangat nasionalisme Soekarno yang tinggi, membuatnya merasa tertantang untuk membuat sebuah organisasi. Tahun 1926 Soekarno pun mendirikan Algemene Studie Club. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI).
            Bila berbicara mengenai pola hidup seorang presiden yang sederhana, maka hal tersebut tidak akan terlepas dari dua sosok, yaitu Mahmoud Ahmadinejad (Presiden Irak) dan Soekarno. Ia jarang sekali makan daging, melainkan cukup hanya dengan nasi semangkuk kecil, sayur lodeh atau sayur asam, sambal dan telur mata sapi atau ikan asin. Benar-benar menu rakyat biasa.
Kisah cinta Soekarno dan Inggit Ganarsih lebih dari sekedar roman Romeo and Juliet. Kisah cinta mereka begitu tertanam pada pepatah “Dibalik kesuskesan seorang pria, ada wanita yang kuat dan istimewa di belakangnya.” Lalu, siapakah sebenarnya Inggit Ganarsih? Ia adalah seorang wanita yang lahir tanggal 17 Februari 1888. Pada umur 20 tahun, Soekarno pun meminta ijin kepada ayah Inggit untuk menikahinya. Dan akhirnya mereka menikah pada tanggal 24 Maret 1923. Soekarno sangat beruntung sekali memiliki Inggit Ganarsih. Ia selalu hadir ketika Soekarno membutuhkan. Saat itu, posisi Soekarno sebagai pemimpin pergerakan nasional, membuat Inggit harus menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Selain itu, ia juga menemani Soekarno pada masa-masa sedih Soekarno selama dipenjara. Namun sayangnya, selama pembuangan di Bengkulu, ia bertemu pelajar putri bersama Fatimah. Ia pun menikahi Fatimah dan bercerai dengan Inggit pada tanggal 29 Februari 1942.
            Bung Karno sebagai icon nasionalis tidak bisa diragukan lagi. Sosoknya yang sangat revolusioner membuat beberapa negara asing mengaguminya. Pada saat itu, Bung Karno menjadi figur yang cukup terkenal. Salah satu yang membuat namanya melambung tinggi adalah pidatonya yaitu “To Build The New World”. Profil Soekarno pernah dimuat di majalah Time dan beberapa majalah lainnya.
            Kehebatan Bung Karno “mengaum” seperti suara singa yang menggemparkan dunia. Tentu saja, pidato Bung Karno tersebut merupakan sebuah tamparan bagi negara-negara yang menganut paham kapitalis. Setelah pidato tersebut selesai banyak DPR yang memberikan applause atas pemikiran Bung Karno yang selalu mengutamakan negara-negara miskin dan tertinggal.
            Namun sayangnya, jerih payah Soekarno harus ternodai saat peristiwa G30S berlangsung dan Supersemar. Tahun 1968, Soeharto resmi menjadi Presiden ke-2 Indonesia dan Soekarno harus segera angkat kaki dari Istana Bogor. Ia pun pergi tanpa sempat membawa barang-barang.
            Karena hal tersebut, ia pun sering sakit-sakitan dan menjadi tahanan rumah di Wisma Yaso. Semakin hari keadaannya semakin buruk. Ia pun di pindahkan ke Rumah Sakit di Jakarta untuk dirawat intensif atas ijin Soeharto. Walau sudah dipindah ke Rumah Sakit, keadaan Soekarno tak kunjung membaik. Ia ditemani oleh anaknya, Rachmawati Soekarnoputri dan Hartini, istrinya.
            Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970 RSPAD Gatot Soebroto dipenuhi tentara, termasuk ruang intensive care. Suasana mendebarkan memang sudah mulai terasa sejak pagi. Lelaki yang dulu bergelar “Singa Podium” kini lemas tak berdaya. Matanya pun sayu dan terus menerus menutup. Suhu badannya yang tinggi juga tak kunjung turun.
            Setelah ruangan tempat Bung Karno disterilkan, Megawati Soekarnoputri pun diizinkan mengunjungi ayahnya. Mega pun hanya bisa meneteskan air mata ketika melihat kondisi ayahnya yang memprihatinkan. Megawati yang tak kuasa saat harus diperlihatkan dengan pemandangan seperti itu pun akhirnya jatuh pingsan.
            Pada hari Minggu pagi, 21 Juni 1970, Mardjono menemui keluarga Bung Karno. Mardjono adalah seorang dokter yang sudah lama merawat Bung Karno. Suasana saat itu pun mendadak menjadi mencemaskan. Mardjono pun segera menemui Bung Karno dan memeriksa denyut nadinya. Namun saat itu memegang tangan Soekarno, tangan itu mendadak lemas tak berdaya. Kehampaan pun terasa dan saat itulah Bung Karno menghembuskan nafas terakhirnya. 

No comments: