BUNG KARNO THE UNTOLD STORIES
Ir.Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama.
Soekarno terlahir dengan nama Koesno Sosrodiharjo. Ia merupakan putra dari
Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Namun, di negara barat orang-orangnya
terbiasa menyebut Soekarno dengan Achmad Soekarno. Saat kecil, Soekarno
merupakan anak yang cukup pintar. Ia tercatat pernah bersekolah di Eerste Inlandse School, Europeesche Lagere
School, Hoogere Burger School dan Technische
Hoge School.
Semangat nasionalisme Soekarno yang tinggi, membuatnya
merasa tertantang untuk membuat sebuah organisasi. Tahun 1926 Soekarno pun
mendirikan Algemene Studie Club. Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI).
Bila berbicara mengenai pola hidup seorang presiden yang
sederhana, maka hal tersebut tidak akan terlepas dari dua sosok, yaitu Mahmoud
Ahmadinejad (Presiden Irak) dan Soekarno. Ia jarang sekali makan daging,
melainkan cukup hanya dengan nasi semangkuk kecil, sayur lodeh atau sayur asam,
sambal dan telur mata sapi atau ikan asin. Benar-benar menu rakyat biasa.
Kisah
cinta Soekarno dan Inggit Ganarsih lebih dari sekedar roman Romeo and Juliet. Kisah cinta mereka
begitu tertanam pada pepatah “Dibalik kesuskesan seorang pria, ada wanita yang
kuat dan istimewa di belakangnya.” Lalu, siapakah sebenarnya Inggit Ganarsih?
Ia adalah seorang wanita yang lahir tanggal 17 Februari 1888. Pada umur 20
tahun, Soekarno pun meminta ijin kepada ayah Inggit untuk menikahinya. Dan
akhirnya mereka menikah pada tanggal 24 Maret 1923. Soekarno sangat beruntung
sekali memiliki Inggit Ganarsih. Ia selalu hadir ketika Soekarno membutuhkan.
Saat itu, posisi Soekarno sebagai pemimpin pergerakan nasional, membuat Inggit
harus menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Selain itu, ia juga menemani
Soekarno pada masa-masa sedih Soekarno selama dipenjara. Namun sayangnya,
selama pembuangan di Bengkulu, ia bertemu pelajar putri bersama Fatimah. Ia pun
menikahi Fatimah dan bercerai dengan Inggit pada tanggal 29 Februari 1942.
Bung Karno sebagai icon nasionalis tidak bisa diragukan
lagi. Sosoknya yang sangat revolusioner membuat beberapa negara asing
mengaguminya. Pada saat itu, Bung Karno menjadi figur yang cukup terkenal. Salah
satu yang membuat namanya melambung tinggi adalah pidatonya yaitu “To Build The New World”. Profil Soekarno
pernah dimuat di majalah Time dan
beberapa majalah lainnya.
Kehebatan Bung Karno “mengaum” seperti suara singa yang
menggemparkan dunia. Tentu saja, pidato Bung Karno tersebut merupakan sebuah
tamparan bagi negara-negara yang menganut paham kapitalis. Setelah pidato
tersebut selesai banyak DPR yang memberikan applause
atas pemikiran Bung Karno yang selalu mengutamakan negara-negara miskin dan
tertinggal.
Namun sayangnya, jerih payah Soekarno
harus ternodai saat peristiwa G30S berlangsung dan Supersemar. Tahun 1968,
Soeharto resmi menjadi Presiden ke-2 Indonesia dan Soekarno harus segera angkat
kaki dari Istana Bogor. Ia pun pergi tanpa sempat membawa barang-barang.
Karena hal tersebut, ia pun sering
sakit-sakitan dan menjadi tahanan rumah di Wisma Yaso. Semakin hari keadaannya
semakin buruk. Ia pun di pindahkan ke Rumah Sakit di Jakarta untuk dirawat
intensif atas ijin Soeharto. Walau sudah dipindah ke Rumah Sakit, keadaan
Soekarno tak kunjung membaik. Ia ditemani oleh anaknya, Rachmawati
Soekarnoputri dan Hartini, istrinya.
Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970 RSPAD
Gatot Soebroto dipenuhi tentara, termasuk ruang intensive care. Suasana
mendebarkan memang sudah mulai terasa sejak pagi. Lelaki yang dulu bergelar
“Singa Podium” kini lemas tak berdaya. Matanya pun sayu dan terus menerus
menutup. Suhu badannya yang tinggi juga tak kunjung turun.
Setelah ruangan tempat Bung Karno
disterilkan, Megawati Soekarnoputri pun diizinkan mengunjungi ayahnya. Mega pun
hanya bisa meneteskan air mata ketika melihat kondisi ayahnya yang
memprihatinkan. Megawati yang tak kuasa saat harus diperlihatkan dengan
pemandangan seperti itu pun akhirnya jatuh pingsan.
Pada hari Minggu pagi, 21 Juni 1970,
Mardjono menemui keluarga Bung Karno. Mardjono adalah seorang dokter yang sudah
lama merawat Bung Karno. Suasana saat itu pun mendadak menjadi mencemaskan.
Mardjono pun segera menemui Bung Karno dan memeriksa denyut nadinya. Namun saat
itu memegang tangan Soekarno, tangan itu mendadak lemas tak berdaya. Kehampaan
pun terasa dan saat itulah Bung Karno menghembuskan nafas terakhirnya.
No comments:
Post a Comment