CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Atau disebut dengan : corporate citizenship, responsible business and corporate social performance adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya ( namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri (Daft, 2006: 213)
CSR cukup trend beberapa tahun belakangan ini disebabkan :
1. Di satu sisi sektor industri atau korporasi tingkat nasional mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional tetapi di sisi yang lain eksploitasi terhadap sumber daya alam seringkali menyebabkan degradasi lingkungan yang parah.
Dalam konsep Booke disebut Dual Society : tumbuhnya dua karakter ekonomi yang berjalan paradoks , di satu sisi ekonomi tumbuh secara modern dan pesat dan sisi yang lain ekonomi berjalan sangat lambat dan bahkan mandeg
2. Perusahaan lebih banyak menyedot tenaga kerja dari luar tempatan, sehingga terjadi marginalisasi tenaga lokal yang umumnya berketrampilan rendah menjadi terbuang.
Hal ini yg kemudian menyebabkan hubungan perusahaan dgn masyarakat tempatan menjadi sering diwarnai konflik dan ketegangan : situasi ini diperparah dengan adanya kultur perusahaan yang didominasi perilaku ekonomi yang bersifat profit oriented semata
Perubahan tatanan politik tahun 90-an mengubah secara drastis pandangan tsb. Masyarakat lebih menginginkan keterbukaan dalam pengelolaan kegiatan perekonomian dan SD.
Pola hubungan perusahaan dan masyarakat mengalami perubahan total : kini harus diletakkan pada kerangka hubungan simbiosis mutualisme, pengertian dan memberi manfaat.
Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat itulah yang kemudian di Indonesia memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya CSR
Highlights :
Korporasi bukanlah suatu entitas yang mengutamakan kepentingan dirinya saja sehingga terisolir dari masyarakat tempat mereka bekerja , tetapi sebagai entitas kultural dimana mereka juga harus melakukan adaptasi kultural dgn masyarakat setempat
Secara teoretik: CSR adalah tanggung jawab moral terhadap strategic stake holders-nya terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya
-CSR : memandang perusahaan sebagai agen moral : prinsip moral dan etik, menggapai suatu hasil terbaik, dengan paling sedikit merugikan kelompok masyarakat lainnya
-CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup.
Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
Terdapat tiga tingkat kegiatan program CSR dalam usaha memperbaiki kesejahteraan masyarakat yakni :
1. Kegiatan program CSR yang bersifat “charity”, Bentuk kegiatan seperti ini ternyata dampaknya terhadap masyarakat hanyalah “menyelesaikan masalah sesaat” hampir tidak ada dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, selain lebih mahal, dampak jangka panjang tidak optimal untuk membentuk citra perusahaan, dari sisi biaya, promosi kegiatan sama mahalnya dengan biaya publikasi kegiatan.
Walaupun masih sangat relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaan dan masyarakat dalam jangka panjang lebih dibutuhkan pendekatan CSR yang berorientasi pada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat.
2. Kegiatan program CSR yang membantu usaha kecil secara parsial. Saat ini makin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan CSR yang berorientasi pada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat, salah satu bentuk kegiatannya adalah membantu usaha kecil, tetapi bentuk kegiatan perkuatan tersebut masih parsial, memisahkan kegiatan program yang bersifat pendidikan, ekonomi, infrastruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyata pada tingkat masyarakat kegiatan ini tidak dapat diharapkan berkelanjutan, bahkan cenderung meningkatkan kebergantungan masyarakat pada perusahaan, sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk menggalang kerjasama dengan masyarakat tidak didapat secara optimal
3. Kegiatan program CSR yang beroreintasi membangun daya saing masyarakat, program CSR akan memberi dampak ganda untuk perusahaan dan masyarakat karena :
Dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas (sebagai ukuran daya saing) guna meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan akses pada pendidikan dan kesehatan jangka panjang, untuk itu perlu diberikan penekanan pada keberlanjutan penguatan ekonomi secara mandiri (berjangka waktu yang jelas/mempunyai exit policy yang jelas)
Untuk memberikan ungkitan besar pada pendapatan masyarakat maka kegiatan perkuatan dilakukan pada rumpun usaha spesifik yang saling terkait dalam rantai nilai, setiap pelaku pada mata rantai nilai pada dasarnya adalah organ ekonomi yang hidup, perkuatan dilakukan untuk meningkatkan metabolisme (aliran barang, jasa, uang, informasi dan pengetahuan) dalam sistem yang hidup tersebut yang pada gilirannya akan meningkatkan performance setiap organ. Pendekatan CSR yang smart adalah dengan mengambil peran sebagai fasilitatif-katalistik sehingga kegiatan CSR lebih efesien memberikan dampak pada rumpun usaha dalam satu rantai nilai.
Program pendidikan, kesehatan, dan infrasturktur infrastruktur dirancang sinergis dengan penguatan ekonomi sehingga mampu menigkatkan indeks pembangunan manusia pada tingkat lokal.
ENAM PROGRAM PILIHAN
Phillip Kotler dan Nancy Lee dalam bukunya ”Corporate Social Responsibility, Doing the Most Good for Your Company and Your Cause” (2005), mengidentifikasi enam pilihan program bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Keenam inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah: pertama, Cause Promotions dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah sosial tertentu seperti, misalnya, bahaya narkotika.
Kedua, Cause-Related Marketing bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk periode waktu tertentu atau produk tertentu.
Ketiga, Corporate Social Marketing di sini perusahaan membantu pengembangan maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk merubah perilaku tertentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya kebiasaan berlalu lintas yang beradab.
Keempat, Corporate Philantrophy adalah inisitiatif perusahaan dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk donasi ataupun sumbangan tunai. Kelima, Community Volunteering dalam aktivitas ini perusahaan memberikan bantuan dan mendorong karyawan, serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat.
Keenam, Socially Responsible Business Practices, ini adalah sebuah inisiatif di mana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan.
TRIPLE BOTTOM LINES
"People, Planet and Profit" are used to succinctly describe the triple bottom lines and the goal of sustainability. The phrase was coined by John Elkington, co-founder of the business consultancy SustainAbility in 1994. It was later expanded and articulated in his 1998 book Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of 21st Century Business. (ref Business and Sustainable Development: A Global Guide). Sustainability, itself, was first defined by the Brundtland Commission of the United Nations in 1987.
People
"People" (Human Capital) pertains to fair and beneficial business practices toward labor and the community and region in which a corporation conducts its business.
The Global Reporting Initiative (GRI) has developed guidelines to enable corporations and NGO's alike to comparably report on the social impact of a business.
Planet
"Planet" (Natural capital) refers to sustainable environmental practices. Generally, sustainability reporting metrics are better quantified and standardized for environmental issues than for social ones. A number of respected reporting institutes and registries exist including the Global Reporting Initiative, CERES Community Environment Park, Institute 4 Sustainability and others.
Profit
"Profit" is the bottom line shared by all commerce, conscientious or not. Arguably, from the perspective of sustainability, “Profit” is the most critical of the three triple bottom lines. If a strong focus is not maintained on the value proposition for the product or service for sale, profits will be affected and consequently a business’s ability to have any impact through its purpose (People and/or Planet) will be eroded.
Dalam melakukan CSR : perusahaan perlu melakukan CBBO: Cause-Business-Brand –Objective Analysis : program CSR tidak hanya cukup menghadirkan program sosial tanpa adanya analisa secara mendalam thd kesesuaian program tsb dengan misi dan tujuan perusahaan
Contoh ketepatan antara business dan brand mission : Body Shop yang sejak awal kemunculannya menunjukkan perhatiannya pada dunia ketiga, tidak melakukan uji coba pada binatang serta menolak kekerasan dalam rumah tangga.
Menurut penelitian dari Cone/Roper Corporate Citizenship di AS menunjukkan 88% karyawan yang menyadari program CSR memilik tingkat loyalitas yang tinggi terhadap perusahaannya bahkan 53% bekerja disebuah perusahaan karena komitmen perusahaan thd isu-isu sosial
Pada tahun 2001, penelitian National Employee Benchmark Study yang dilakukan oleh Walker Information : 62% karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki CSR akan merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, yang lebih menarik 73% karyawan menyebutkan mereka lebih loyal terhadap perusahaan yang memiliki misi sosial dengan program CSR.
Lima kriteria penting dalam menjalankan program saat ini :
1. Sustainable empowerment
2. Strategic Aliances dengan organisasi nirlaba
3. employee participation
4. CSR yang mampu membangun buffer sosial dan politik
5. High Profile : stand out : yang mudah didengar, dilihat dan diingat orang
Contoh CSR:
MARUBENI
Creating a Better Workplace for Women
Marubeni is dedicated to improving workplaces so that female employees can work comfortably and with peace of mind. In addition to espousing equal employment opportunities during recruitment, we have also introduced the Childcare Leave System and Nursing Leave System.During fiscal 2005, we also organized a team to make recommendations suggested by female employees to the company.
No comments:
Post a Comment